Suasana ini, hampir setiap malam terjadi dalam DIKLATSAR BHARAWANA dengan waktu yang tidak tetap (biasanya antara pukul 01.00 sampai 02.00 dini hari) untuk memeriksa kesigapan para peserta. Jam 5 pagi mereka dibangunkan dengan letusan untuk persiapan melakukan aktifitas hari itu…wuaahh gak kebayang capeknya ya… Acara Tes Kesigapan dan praktek lapangan, juga merupakan ajang “eksekusi” bagi para peserta yang melakukan kesalahan fatal…didahului dengan teriakan BHARAWANA sebanyak tiga kali, “terdakwa” akan menerima dua sampai tiga kali tamparan di pipi oleh instruktur sesuai dengan bobot kesalahannya. Wajar jika akhirnya banyak mahasiswa/i yang ngerasa takut untuk menjadi anggota BHARAWANA…”wuaah mending juga tidur di rumah…”
SISI GELAP
Pola DIKLATSAR seperti inilah yang dilakukan oleh BHARAWANA dan hampir semua orgaisasi Pencinta Alam/Pendaki Gunung di Tanah Air.
Terlepas dari pendapat itu, pola DIKLATSAR lebih banyak mengandung sisi gelap, belum lagi ditambah oknum-oknum instruktur yang “keluar jalur”, yang akhirnya tidak lebih dari sekedar PERPELONCOAN dengan tameng Pendidikan & Latihan.
Dalam kondisi lelah, kedinginan, ngantuk dll, peserta masih diharuskan untuk menyerap materi Teknik Hidup di Alam Bebas, yang tidak bisa dibilang ringan dan mudah, apalagi Materi Navigasi Darat yang memerlukan perhitungan matematis. Pada akhirnya justru Instruktur yang kerepotan, harus mengulang materi-materi tersebut pada saat Masa Bimbingan Anggota Muda…Cape deh ..!!
RUBAH TOTAL
Mulai periode ini, pola Pendidikan & Latihan Dasar di BHARAWANA, berubah total! Atmosfer yang menyeramkan dihapuskan dengan MENGHILANGKAN HUKUMAN KONTAK FISIK, PRESSING, dll yang mengakibatkan peserta DIKLATSAR merasa “under preasure”.
Nama DIKLATSAR yang image-nya menakutkan, kini diganti dengan TRAINING ALAM BEBAS (TAB), Nuansanya benar-benar pendidikan dan pelatihan dengan sistim pengajaran yang lebih interaktif antara peserta dengan Instruktur tanpa rasa takut.
Peseta TAB akan dikondisikan senyaman mungkin, sehingga dapat berkonsentrasi penuh saat penerimaan materi (waktu masih menggunakan pola lama, kadang peserta menerima materi kelas dengan kondisi pakaian yang basah…hmm apa enak ya!? Pasti gak karuan rasanya…)
ESPRIT DE CORPS
Penanaman jiwa korsa untuk meningkatkan loyalitas pada organisasi dilakukan tanpa pressing. Rasa cinta akan organisasi akan timbul dengan sendirinya saat peserta merasakan Susana akrab, saling bantu, saling memberi dan menerima, sesuai dengan hakikat dari petualangan yaitu: KEBERSAMAAN.
Ketangguhan mental akan terbentuk sendiri atas gemblengan alam yang jelas tidak akan pernah bisa kita atur polanya. Dengan demikian segala sesuatunya akan terbentuk secara alami…BISA KARENA BIASA..!!! GOOD LUCK! Selamat bekerja untuk panitia TAB. (BW01020P)
No comments:
Post a Comment