Tuesday, February 23, 2016

TRAINING ALAM BEBAS XXVI (TAB XXVI)

Training Alam Bebas ke XXVI BHARAWANA UNJANI dilaksanakan mulai tanggal 18 s.d 29 Januari 2016. Kegiatan yang dilakukan setiap tahun sebagai Proses penyaringan calon anggota BHARAWANA ini merupakan bentuk realisasi dari materi kelas yang diberikan kepada calon anggota selama lebih dari 1 bulan meliputi 10 Teknik Hidup di Alam Bebas yaitu : 
  • Manajemen Perjalanan
  • Survival
  • Zoologi dan Botani Praktis
  • Taksir Medan
  • Komunikasi Lapangan
  • Navigasi Darat
  • SAR
  • Pemanjatan Tebing
  • Simpul dan Jerat
  • Medis Prakts (PPGD) 

Dalam pelaksanaan di lapangan kegiatan ini dilakukan di Tiga Medan Latihan yaitu :
  • Medan Latihan Sungai yang mengambil lokasi di S. Citarum, 
  • Medan Latihan Tebing di Gn. Pabeasan (tebing 125)
  • Medan Latihan Hutan Gunung di kawasan Bukit Tunggul, Lembang.
BABAK BARU
MENJADIKAN MEREKA TERLATIH.....
BUKAN HEBAT....!!!
Senin 18 Januari 2015, setelah sehari sebelumnya para calon anggota masuk karantina, Training Alam Bebas BHARAWANA ke XXVI dibuka secara resmi dalam upacara pembukaan yang dipimpin oleh Bpk Denny Bayu, ST, MT selaku Pembina Upacara.

Bertempat di wall climbing area BHARAWANA UNJANI, upacara pembukaan berlangsung khidmat. Dengan tata urutan upacara sesuai dengan tradisi dari tahun ke tahun di BHARAWANA UNJANI. Turut hadir pula perwakilan-perwakilan dari KM UNJANI sebagai tamu undangan.


Ucapan Selamat Brjuang dari
Pembina Harian yang juga sebagai Inpektur pada
Upacara Pembukaan TAB XXVI BHARAWANA
Hari ini menjadi babak baru bagi calon anggota BHARAWANA, di mana mulai hari ini mereka akan mengikuti pendidikan dan pelatihan di berbagai medan secara praktek di lapangan. Dimulai dari pengecekan ulang packing dan peralatan, perlengkapan sampai dengan perbekalan yang dibawa, calon anggota kemudian dibacakan tata tertib dan SOP dalam Training Alam Bebas BHARAWANA



Pemerksaan ulang secara teliti
Pengecekan ulang di koordinasikan oleh tim Opslat Mongol (BA) & Garang (BA) yang dibantu oleh para Anggota Luar Biasa (ALB) BHARAWANA yang hadir saat itu, Nky (BS); Ame (BHG); Buri (BB) dan Ogenk (P) item demi item diperiksa ulang secara teliti dan benda-benda yang dilarang dibawa sesuai ketentuan dalam Tata Tertib TAB, disita untuk sementara. Selesai melakukan pengecekkan ulang, peserta TAB mendapat pengarahan yang dikemas dalam bentuk indoktrinasi oleh tim doktrin yang terdiri dari para ALB.
Pemberian Sanksi untuk kelalaian
mulai diterapkan kepada Calon Anggota

Penerapan Kedisiplinan sejak awal
untuk menciptakan insan petualang yg terlatih dan tangguh

Materi pertama setelah upacara pembukaan adalah Motivasi Team Building sebagai upaya awal pembentukan team work dan pembekalan awal untuk mencari solusi dalam konflik diantara mereka. Hal yang akan sangat mungkin terjadi pada kelompok yang berada dalam posisi pelaksana Instruksi. Materi yang lebih berkaitan dengan psikologis personal ini diberikan oleh Dede MORI (PR)





Materi ini diberikan dalam bentuk permainan (games) di mana para peserta TAB harus bisa mencapai satu titik dengan melewati rintangan-rintangan.

Selesai menerima materi, para peserta TAB diberi kesempatan untuk makan siang, dengan menggunakan peralatan dan perlengkapan yang mereka bawa sesuai SOP dalam TAB BHARAWANA. Di sini mereka dibina dan dididik untuk terampil dan terlatih di lapangan, mulai dari pengaturan logistik, pengaturan waktu dll, dengan menerapkan materi yang telah mereka terima sebelumnya selama 1 bulan.
Waktu Makan siang
Waktu istirahat dijadikan moment interaksi siswa/i
dengan Dansis (komandan Kesiswaan)
Segala kelalaian dan kesalahan akan mendapat sanksi dengan bobot disesuaikan dengan kesalahan yang dilakukan. Cukup banyak komentar dari kalangan mahasiswa di lingkungan kampus unjani soal proses perekrutan menjadi anggota BHARAWANA. Keras..!! penuh Pressing..!!

ONE FOR ALL, ALL FOR ONE....!!!
Ada sanksi untuk setiap kesalahan dan kelalaian
yang kadang menjadi tanggungan bersama
Bukan hal yang disangkal oleh BHARAWANA, memang proses perekrutan untuk menjadi anggota cukup keras, hal yang mutlak harus diterapkan kepada calon aggota, karena lingkup kegiatan BHARAWANA berada di alam terbuka yang sudah bisa dipastikan cukup banyak hal yang tidak bisa diprediksi. Statement dari Reinhold Messner, seorang pendaki legendaris dari Inggris "MOUNTAIN IS NOT ABOUT FEAR OR UNFEAR BUT IT'S DANGEROUS..!!" sangat tepat untuk menjawab alasan mengapa proses perekrutan menjadi anggota BHARAWANA tidak mudah.

MEDAN LATIHAN SUNGAI
Kondisi Arus di S. Citarum
Masih di hari pertama, kegiatan dilanjutan dengan serpas (pergeseran pasukan) ke Medan Latihan Sungai dengan mengambil lokasi di S.Citarum, Ds. Bantarcaringin, Rajamandala Jabar

Hal pertama yang dilakukan di medan latihan ini adalah memperkenalkan bentuk arus, jeram, hole dll dalam medan yang sebenarnya kepada calon anggota. di medan latihan ini, materi yang telah mereka peroleh baik dalam kelas maupun dalam simulasi di danau, di refresh kembali oleh anggota-anggota dari Divisi III/ORAD Bharawana di mana dalam kesempatan ini, penyegaran materi diberikan oleh Nevi 'OMAL' (KR) dan Ajat GATSBY (WB).

Omal dan Ajat dari Divisi III/ORAD
secara bergantian memberi pengarahan
Praktek Renang aktif dan Pasif
Praktek pertama pada keesokan harinya adalah renang aktif dan pasif dengan dan tanpa dayung. pada awalnya wajah tegang calon anggota terlihat jelas sekali, karena mereka berada di sungai berjeram untuk pertama kalinya. Namun situasi ini bisa dengan mudah diatasi oleh para intruktur di lapangan yang memang sesuai dengan SOP TAB, para instruktur harus bisa menciptakan kondisi nyaman baik saat teori maunpun praktek di lapangan, tanpa mengesampingkan kedisiplinan. Dalam kegiatan ini juga melibatkan personil dari Divisi IV/SAR Bharawana sebagai pengaman daerah lintasan selama kegiatan lapangan berlangsung


Praktek Renang aktif dan Pasif
Persiapan dimulai dengan menempatkan tim Rescue Darat di titik-titik yang dianggap rawan. Setelah mendapat pengarahan dari Intruktur utama Omal (TR) dan Ajat (WB) tentang prosedur renang aktif dan pasif, mulailah satu per satu calon anggota melakukan renang pasif dilanjutkan dengan renang aktif. Materi yang amat sangat perlu dikuasai sebagai antisipasi seandainya pendayung terlempar dari perahu.


Salah satu siswa melakukan praktek
lempar tali
Beberapa kali kesempatan melakukan praktek renang aktif dan renang pasif, dimanfaatkan secara optimal baik oleh para instruktur di lapangan maupun oleh calon anggota, dengan tujuan agar calon anggota benar-benar paham tentang prosedur yang baik dan benar saat telempar keluar dari perahu.

Materi kemudian dilanjutkan ke teknik melempar tali dan kemudian dilanjutkan ke teknik dayung. Dalam materi ini, calong anggota melakukan pengarungan melewati jeram-jeram di S.Citarum. Pada pengarungan pertama, calon anggota didampingi oleh Omal (TR) dan Ogenk(P) serta pada pengarungan berikutunya, pendamping di rolling ke Ajat (WB) dan Obel (NS)
Briefing sebelum melakukan pengarungan

Pengarungan ke 2, Ajat dan Obel sebagai pendamping

MEDAN LATIHAN TEBING
Dari citarum, kegiatan beralih tempat ke Tebing 125 (Gn. Pabeasan) Citatah. Di tempat ini materi yang diberikan mulai dari dasar yaitu Acending, Descending, Pemasangan pengaman, lepas libat dan pemanjatan bebas atau free climbing. Penyegaran materi dilakukan sekilas hanya sekedar mengingatkan kembli kepada calon anggota, mulai dari simpul dan lainnya yang pernah diberikan selama mereka mereka mengikuti materi kelas. Bertindak sebagai instruktur adalah Dole, Garang dan Kacil sebagai control pendamping.





Refresh materi dilakukan setelah makan malam di kelas yang memanfaatkan ceruk di jalur Chock8. di sini para calon anggota diingatkan kembali tentang pengaman dan cara pemasangannya sampai pada tahapan dalam melakukan ascending dan descending.

Praktek pada hari berikutnya adalah pemasangan pengaman pemanjatan. Praktek dilakukan dengan cara KERING yaitu dilaksanakan di dasar tebing di mana calon anggota diberi berbagai macam pengaman dan mereka mencari celah dan cacat batuan untuk dicoba dipasang pengaman yang mereka bawa. latihan kering seperti ini dilakukan sebagai upaya pengenalan awal.







Setelah melakukan praktek kering pemasangan alat pengaman, praktek dilanjutkan pada Ascending dan Descending di jalur pasar. 

Ascending dilalkukan dengan menggunakan Jerat Geser (prusikking) dan descending dilakukan dengan menggunakan Italian Hitch. Satu persatu calon anggota secara bergantian melakukan ascending di jalur pasar untuk kemudian dilanjutkan dengan descending.

MEDAN LATIHAN HUTAN GUNUNG
Setelah evaluasi materi tebing, saatnya kegiatan berpindah ke medan latihan Hutan Gunung. Dengan mengambil lokasi di Bukit Tunggul Lembang Jawa Barat, pemusatan latihan dilakukan di sekitar kaki Gn. Bukit Tunggul dan Gn. Sanggara. Bobot materi yang diberikan kepada calon anggota di medan latihan ini cukup padat, mulai dari Survival, Navigasi Darat dan SAR di mana masing-masing materi memiliki sub materi yang cukup banyak

Kondisi medan di lokasi ini memang cocok untuk pendidikan dasar. Meskipun beberapa area hutan sudah cukup terbuka karena sudah dialihfungsikan sebagai perkebunan kopi, namun di wilayah kaki Gn. Sanggara, kondisi hutan masih asri dan lebat, masih banyak bagian-bagian yang kurang terkena sinarmatahari karena tertutup kanopi dari dedaunan pohon damar yang tinggi menjulang.

Refresh materi-materi sesuai dengan Rancangan Latihan, dilakukan di kelas dan dilanjutkan dengan simulasi praktek. Pada refresh materi Survival, siswa/i TAB didampingi Pitu (BB) sebagai intruktur, melakukan explore mencari tumbuhan dan hewan yang bisa dikonsumsi pada saat keadaan darurat (survival). Cukup banyak tumbuhan yang bisa dimakan di wilayah hutan ini.

Pada keesokan harinya, mulailah Siswa/i melaksanakan praktek Navigasi Darat. Dalam praktek ini, intruktur yang terlibat diambil dari 2 divisi yaitu Sersan (PP) dari Divisi I Hutan Gunung serta Pitu (BB) dari divisi SAR dengan didampingi Ogenk (P) yang juga dari Divisi SAR. keterlibatan 2 divisi dalam materi Navigasi Darat dilakukan mengingat materi ini berkaitan erat dengan kegiatan di 2 divisi tersebut.

Dimulai dengan orientasi medan dengan menggunakan peta dan kompas, siswa/i melakukan penghitungan SPM (sudut peta magnetis) sebelum melakukan pembidikan dengan kompas untuk menentukan posisi mereka di peta. Untuk praktek hari ini, setelah makan siang, siswa/i diberi titik koordinat sasaran. Orientasi medanpun mereka lakukan untuk menentukan jalur yang paling efektif untuk menuju koordinat yang dimaksud. Pemberian koordinat dilakukan melalui radio komunikasi (HT). Siswa/i TAB XXVI dilepas secara mandiri dengan pemantauan hanya melalui radio komunikasi, di mana mereka harus melaporkan koordinat posisi mereka setiap 30 menit. Cara praktek seperti ini yang diterapka di Bharawana, untuk melihat seberapa jauh pemahaman siswa/i terhadap materi yang diberikan oleh intruktur dan menjadi tolok ukur bagi para instruktur untuk melihat apakah kompetensi para siswa/i sudah memenuhi apa yang tercantum dalam Kurikulum, silabus dan RPP. 

Praktek navigasi cukup lancar, siswa/i dengan tepat bisa mencapai koordinat yang telah ditentukan. Dititik ini mrupakan titik fly camp mereka. Sebelum melakukan praktek navigasi, mereka diminta mengatur barang bawaan dan bahan makanan untuk 2 hari 2 malam ditambah logistik cadangan. Hal ini dilakukan selain untuk memperlancar pergerakan saat berjalan di sudut kompas, juga untuk melihat kompetensi mereka dalam manajemen perjalanan. Kegiatan praktek navigasi darat sesuai dengan Rancangan Latihan yang disusun oleh Komandan Latihan adalah 2 Hari 1 malam dengan menggabungkan navigasi darat dan SAR.

Evaluasi Navigasi dilakukan di shelter Kresna setelah makan malam. setelah itu siswa/i istirahat di bivaknya masin-masing. Pukul 23.00 WIB siswa kembali dibangunkan dari istirahat mereka. ALARM keadaan darurat...Ogenk (P) yang bertindak sebagai SMC memberikan informasi tentang pendaki yang hilang. datum (Most Probable Position) yaitu area penyisiran yang menjadi kemungkinan keberadaan survivor telah ditentukan. luas area penyisiran yang harus dilakukan oleh siswa/i adalah 1 karvak (=1 Km persegi). Briefing langsung dilakukan malam itu juga, dan ditetapkan bahwa pagi harinya, penyisiran mulai dilakukan.

Penyisiran dilakukan setelah makan pagi. struktur operasi sudah terbentuk, Ogenk (P) sebagai SMC dan Pitu (BB) sebagai OSC, sementara korban sudah berada di posisinya di lembah kaki Gn. Sanggara. Pembagian tugas dalam SRU mulai dilakukan, Apeng dan Yora sebagai Compass man, Alung sebagai map plotter dan Bedu sebagai pencatat perhitungan, hasil bidikan dan koordiat. kerjasama tim amat sangat mempengaruhi simulasi operasi ini.

Pukul 14.00 SRU melaporkan temuan barang yang diduga milik korban, yaitu baf (penutup kepala). Setelah melaporkan koordinat temuan dan memasang marker ESAR, SRU kembali diperintahkan untuk melanjutkan penyisiran oleh SMC melalui OSC. Sistim komunikasi lewat HT, dikondisikan sedekat mungkin dengan operasi sebenarnya, dengan demikian, nantinya mereka sudah terbiasa dan terlatih saat terlibat dalam operasi SAR yang sebenarnya.

Pukul 15.00WIB SMC memberikan informasi kepada OSC tentang koordinat korban. Informasi ini diteruskan kepada SRU, dan OSC memerintahkan untuk segera bergerak ke titik tersebut dan melakukan penanganan serta evakuasi korban. Dibalik simulasi operasi ini, koordinat korban cukup sulit ditentukan, karena Gori sebagai korban berada di lembah yang cukup dalam. kondisi kabut dan medan yang tertutup pohon cukup menyulitkan Instruktur untuk menentukan koordinat. GPS beberapa kali berubah koordinat. Hal yang amat sangat mungkin terjadi di wilayah hutan tropis dan juga pengaruh kabut yang pekat. Akhirnya dengan memanfaatkan waktu beberapa detik saat kabut naik, para instruktur mendapat kesempatan untuk melakuakan orientasi medan. dengan membaca kontur Lembah dan punggungan di sekitar lokasi, akhirnya koordinat pasti titik korban bisa ditemukan.


Lokasi Evakuasi
SRU bergerak ke koordinat yang diberikan. Medan cukup berat karena SRU harus masuk ke lembah cukup dalam dan curam dengan vegetasi yang lumayan lebat. Kondisi medan yang cukup berat ini bahkan sampai mengoyak pakaian siswa/i saat brgerak menuju titik korban. 16.35 WIB SRU bisa mencapai titik korban dan melakukan penaganan darurat. Bedu dan Yora kemudian melakukan penyisiran untuk jalur evakuasi ke titik yang telah ditentukan sementara apeng dan Alung membuat tandu darurat dengan memanfaatkan kayu yang ada di pohon sekitarnya.

Penangan korban di Lokasi Evakuasi

Proses evakuasi diawasi langsung oleh instruktur

Medan Operasi untuk evakuai korban memang sengaja dibuat tidak normal, dan untuk kali ini dibuat dalam keadaan curam. SRU melakukan evakuasi dengan kombinasi system yang digunakan dalam vertical rescue, yaitu menggunakan hauling system. 17.30 WIB korban mencapai titik evakuasi. selanjutnya dilakukan evaluasi.

setelah evaluasi dilakukan, siswa/i membuat bivak campuran dan dilanjutkan dengan makan karena saat ESAR ternyata mereka tidak sempat makan. Selesai makan, packing dikumpulkan dan diperiksa. Sisa makanan yang ada di dalam packing mereka dikumpulkan dan seluruh barang dikeluarkan untuk pengecekkan. Pastinya mereka bertanya, ada apa ini??

Setelah semua logistik (bahan makanan dan bahan bakar) dikumpulkan, pakaian dan barang lain di luar itu dikembalikan ke mereka masing-masing. Opslat membagikan paket dalam katong plastik yang berisi garam, 10 batang korek api, 1,5 tablet paravin dan 1 batang lilin. Perbekalan yang mereka miliki selama 4 hari 4 malam ke depan. WELCOME TO JUNGLE SURVIVAL...!!!



ALUNG dengan Bivouac nya...
Ya...mereka memasukki tahap praktek survival. materi klimaks dalam proses perekrutan menjadi anggota BHARAWANA, di mana mereka belajar mempertahankan hidup dengan perbekalan minim. Malam setelah pembagian selelsai, mereka melakukan praktek Tidur Pohon (Tidur Kalong). Materi ini perlu dikuasai karena tidak menutup kemungkinan lokasi survival rentan terhadap gangguan biantang. Praktek tidur kalong diakhiri pada pukul 05.00 WIB dan siswa/i diturunkan dari pohon mereka masing-masing untuk membuat bivak alam tempat mereka berlindung.


YORA dengan Bivouac nya...
4 hari 4 malam dalam medan latihan survival bukan hal yang mudah dilakukan. Tanpa tekad dan mental yang kuat, kecil kemungkinan mereka akan melewati masa tersebut, masa yang biasa disebut MASA KRITIS. Pengamanan wilayah latihanpun diperketat. TIm Opslat membangun camp WASDAL (Pengawas Daerah Latihan) di punggungan, sehingga dapat memantau aktivitas siswa/i tanpa sepengetahuan mereka.


APENG dengan Bivouac nya...
Hari pertama survival, siswa/i mengkonsumsi cacing sonari yang ukurannya lumayan besar, ditambah dengan ulat pohon. kalori dan protein yang mereka konsumsi hari ini cukup memadai bahkan lebih dari cukup. Sumber makanan di lokasi hutan ini memang kaya, begonia, honje (combrang), pisang hutan, cacing sonari, Arbei hutan, pakis, terong belanda, banyak tersebar di sekitar lokasi survival.


BEDU dengan Bivouac nya...
Selama 4 hari mereka melakukan survival, posisi mereka tiap hari berpndah lokasi. ini dimaksudkan selain untuk lebih terlatih dalam membangun bivak, juga untuk mendidik mereka dalam melakuakan explorasi mencari sumber makanan dan air. Pada hari terakhir, pergerakan siswa/i tampak makin lambat. Ini hal yang lumrah mengingat asupan makanan mereka di bawah garis normal. Pukul 17.00 WIB, Opslat memberi tanda berupa Letusan sebagai tanda akhir dari survival. Buka Puasa..!!! itu istilah BHARAWANA saat siswa/i selesai melakukan survival. Bubur nasi, Teh Manis, dan Jelly menjadi menu buka puasa mereka. Setelah berbuka puasa, siswa/i kembali membuat bivak untuk mereka tidur. Recovery untuk hari ini...





Malam hari pukul 23,00 WIB, opslap kembali memberi tanda letusan. Tanda yang sudah menjadi tradisi di BHARAWANA untuk mengumpulkan Siswa/i. Malam ini adalah malam terakhir mereka berada di hutan Bukit tunggul yang menjadi tempat mereka tinggal selama 10 hari. Malam ini adalah evaluasi global dari seluruh kegiatan yang mereka laksanakan. Evaluasi dilakukan pos per pos, di mana masing-masing pos diisi oleh Instruktur/kepala Divisi yang ada di Bharawana, dan pos terakhir adalah Pos Komandan Latihan. Malam ini pulalah nama angkatan diberikan kepada mereka yaitu LEMBAH SANGGARA. Selesai evaluasi per pos, siswa/i kembali melanjutkan istirahat mereka sekitar pukul 02.00 dini hari.

Pukul 05,30 WIB, letusan Opslat memecah kesunyian pagi. Siswa/i diperintahkan untuk menyiapkan makan pagi dan melakukan packing. Hari ini adalah hari mereka akan pergi meninggalkan hutan. LONG MARCH....!!! adalah sesi akhir yang harus dilalui mereka. Berjalan kaki menuju Kampus Unjani. Pukul 07.00 setelah selesai makan pagi, Siswa/i didampingi Muni (CG) Bidang kesiswaan, Olip (AB) Medis, dan Karut (BB) Danlat, melakukan Long March dengan dipandu oleh Opslat Garang dan Mongol. perjalan jauh, jatuh bangun, distress, hal yang pasti dialami oleh siswa/i. Malam hari pukul 18.30 WIB, sampailah di perhentian I (RSJ Cisarua). 

SOP pengamanan prektek renang survival
Pagi hari pukul 06.00 WIB perjalanan dilanjutkan menuju penggalian pasir Ciseupan CImahi. Setelah shalat jumat dan makan siang, pukul 14.00 WIB siswa/i melakukan praktek Renang Survival atau yang di kenal di kalangan militer dengan nama renang Ponco. Pada praktek ini, materi diberikan oleh Buri (BB). Saat pelaksanaan renang survival, tim rescue mengamankan daerah lintasan dengan menggunakan perahu karet dan personil perenang yang siaga di jalur lintasan. Satu per satu siswa/i melaksanakan praktek renang survual dengan jarak tempuh sekitar 50 meter.
Alung
Yora
Apeng
Bedu
Selesai materi ini, maka selesailah semua materi yang diberikan. Pukul 19,30 WIB, yel-yel dan lagu BHARAWANA duteriakan dengan lantang saat mereka berjalan menuju lokasi upacara penutupan di wall climbing area BHARAWANA. Disambut dengan tepuk tangan dari para tamu undangan dari pecinta alam lain yang hadir, menambah semaraknya malam itu.
HERE WE ARE....!!!!
UNJANI..KAMI DATANG...!!!
Upacara penutupan berlangsung sederhana dan khidmat. dipimpin langsung oleh WAREK III yang juga Anggota Kehormatan BHARAWANA, sampailah pada penyematan syaal Bharawana kepada siswa/i. Satu per satu mulai dari Alung syal disematkan oleh orang tuanya, begitu pula Apeng, dan WAREK III menyematkan syaal kepada Bedu yang saat itu orang tuanya tidak dapat hadir. Kemudian Yora, penyematan syaal dilakukan oleh Anggota Kehormatan BHARAWANA yang memang dihormati dan selalu setia hadir mendampingi kegiatan-kegiatan BHARAWANA, Bpk Harry Viktor.


Laporan kegiatan oleh Komandan Latihan
TAB XXVI BHARAWANA

WAREK III Bpk Toto selaku Irup
dalam upacara penutupan TAB XXVI BHARAWANA






Ucapan selamat dari rekan pecinta alam
Sikaaaaattt........!!!!!

Selesailah sudah rangkaian kegiatan perekrutan calon anggota BHARAWANA. mereka bukan lagi siswa/i, mereka sekarang menjadi adik bungsu di BHARAWANA. 
SELAMAT DATANG AMBW 26 LS
Mulai detik ini, syaal kita sama...MERAH...!!!!
VIVA BHARAWANA

hari ini adalah kemenangan mereka mengalahkan diri sendiri dan merupakan hari pembuktian bahwa mereka adalah satu diantara ribuan mahasiswa UNJANI yang memiliki nyali untuk mengikuti proses penyaringan calon anggota bharawana.


SELAMAT DATANG
 AMBW 26 LEMBAH SANGGARA

PERJUANGAN BELUM BERAKHIR...!!!
 TETAP SEMANGAT...!!!
MERAHKAN DUNIAMU...!!!

No comments:

Post a Comment