Selesai mengikuti Training Alalm Bebas XXVI (TABXXVI), status calon anggota (CABW) sudah tidak ada lagi dan berubah menjadi Anggota Muda Bharawana angkatan 26 dengan nama angkatan LEMBAH SANGGARA (AMBW 26 LS). Masih ada proses lanjutan yang harus dilalui oleh anggota muda yaitu mengikuti pelatihan tingkat lanjutan yang dilaksanakan oleh 4 Divisi yang ada di BHARAWANA. Untuk tahun ini, jadwal Mabim dimulai dari DIVISI II/Tebing.
REFRESH and GO….
|
Shalat Maghrib sebelum berangkat |
Kamis 11 Februari 2016, Garang sebagai Ketua Divisi II/Tebing memberi penyegaran materi tentang Free Climbing mulai dari pemasangan pengaman sampai dengan penambatan. Materi inilah yang akan dipraktekkan di lapangan nanti oleh AMBW 26 LS. Pada saat mereka jadi peserta TAB XXVI, materi ini juga dipraktekkan di lapangan, tetapi dilakukan dalam bentuk latihan kering, yaitu dilakukan di bawah/dasar tebing tanpa melakukan pemanjatan. Dalam MABIM Tebing, mereka akan melakukan pemanajatan yang sebenarnya.
|
Setting alat saat tiba di shelter tebing 125 citatah |
|
menjelang penyegaran materi |
Pagi hari 12 February 2016, tampak peningkatan kesibukan di secretariat BHARAWANA, mulai dari final check setting alat sampai dengan logistic baik para instruktur maupuan AMBW 26 LS sendiri. Sore menjelang malam hari setelah melakukan Shalat maghrib, tim mulai bersiap. Pukul 18.30 WIB, AMBW 26 LS yang terdiri dari Alung, Yora dan Apeng beserta para instruktur dan tim pendukung di lapangan : Garang; Gori dan Tatom dari AMBW 25 BA ditambah Karut (BB) dan Ogenk (P) dengan menggunakan 5 unit sepeda motor, tim mulai bergerak menuju lokasi tebing 125 Citatah. Diiringi hujan rintik-rintik di awal perjalanan, tim terus bergerak hingga akhirnya hujan reda di sekitar pintu tol padalarang. Sekitar pukul 20.15 WIB sampailah di Tebing 125 Citatah. Setelah memilih salah satu Shelter hall paling ujung, tim mulai bekerja sesuai pembagian tugasnya masing-masing.
Selesai makan malam, dalam suasana santai dan akrab, Garang (BB) sebagai Instruktur, kembali melakukan pembekalan sebagai penyegaran materi penambatan. Cukup banyak tanya jawab sehubungan dengan pemasangan pengaman. Selesai pemberian materi, dilanjutkan dengan obrolan santai sampai masuk ke jam istarahat malam, satu persatu mulai masu ke sleeping bag dan terlelap dalam mimpinya masing-masing
|
suasana malam di shelter kaki tebing 125 Citatah menjadi penghantar tidur malam ini SELAMAT MALAM BHARAWANA.... |
PRAKTEK HARI PERTAMA
|
Streching |
Pukul 05.00 WIB pagi, satu persatu keluar dari kantung tidurnya untuk memulai aktifitas. Prepare dan setting alat untuk praktek materi hari ini, dilanjutkan dengan olahraga pagi dan stretching di sekitar shelter/gazebo tempat tim menginap. Selesai melakukan stretching, langsung disambung dengan makan pagi kemudian briefing untuk operasional hari ini. Setelah pembagian pengaman kepada AMBW 26 LS, maka praktek lapangan hari I dimulai.
|
Apeng saat melakukan Lepas Libat |
Materi selanjutnya adalah Toping Out at The Anchor atau dalam bahasa Indonesia yang dikenal dengan istilah Lepas Libat. Praktek materi ini dilakukan di wilayah Genset. Sebuah cerita kecil dibalik penamaan sector ini. Disebut wilayah Genset karena tidak lama setelah semak di kawasan ini dibersihkan oleh komunitas Rumah Alam kawasan Karts Citatah, untuk pertamakalinya sector yang selama ini tidak pernah dilirik oleh para pemanjat, digunakan oleh Indonesia Climbing Expedition saat mengadakan Sekolah Vertical Rescue untuk simulasi Tripod dan Dead Man/Dead boy. Ada tebing overhang dengan dasar yang berongga ke dalam. Rongga di bawah over hang inilah dimanfaatkan untuk meletakkan Genset. Lokasinya sekitar 50 Meter dari shelter, sehingga suara Genset tidak mengganggu proses belajar mengajar dalam kelas pada malam hari. Peletakkan Genset di tempat ini terus dilakukan pada pelaksanaan Sekolah Panjat Tebing Merah Putih yang masih diselenggarakan oleh Indonesia Climbing Expedition.
|
Yora melakukan lepas libat yang dilanjutkan abseiling/descending |
Karena memang tidak ada namanya untuk wilayah ini, sementara aktivitas penambatan dan anchoring banyak dilakukan di wilayah ini, maka Tedi Ixdiana (kepala Sekolah SPTMP dan pimpinan ICE) dan Ogenk (Ass Operasional ICE pada waktu itu) dan Adi (Intruktur Utama ICE pada waktu itu) terbiasa menyebut tempat itu dengan nama Genset. Kebiasaan ini akhirnya berkembang dari mulut ke mulut di kalangan Instruktur ICE yang terlibat dilapangan pada waktu itu, hingga para peserta sekolah juga menyebut tebing genset. Lama kelamaan, penduduk sekitar tebing 125 menyebut tempat itu dengan nama Genset.
Selesai Praktek Lepas Libat, waktunya mengisi perut. Sambil menunggu matang makan siang, tim diberi pengarahan untuk kegiatan selanjutnya yaitu penambatan kering. Rencana awal, penambatan kering akan dilakukan mulai dari jalur RR sampai ke jalur Tokek, tapi ternyata di jalur Pasar dan RR sedang digunakan oleh rekan dari Mahitala Unpar yang memang sudah sejak pagi memasang lintasan di jalur tersebut. Maka setelah melakukan koordinasi lapangan dengan Opslat dari Mahitala, praktek penambatan kering dilaksanakan di wilayah Genset. Ternyata justru di wilayah ini lebih banyak celah yang bervariasi, sehingga praktek penambatan kering jauh lebih optimal di tempat ini.
Dalam penambatan kering ini, Alung menjadi Leader, dan Yora sebagai pemanjat kedua dan Apeng sebagai cleaner. (susunan inilah yang kemudian digunakan dalam praktek di medan sebenarnya). Setelah paham dan mengerti, Praktek kemudian dilanjutkan ke medan sebenarnya, di bidang Vertical. Sesuai dengan koordinasi dengan Mahitala sebelumnya, Tim melakukan praktek Pemanjatan Bebas (free Climbing) dengan mengambil Jalur Pasar. Setting alat dan susunan pemanjat dilakukan sambil menunggu rekan dari Mahitala membersihkan Jalur pasar dari pengaman yang mereka pasang.
BERMALAM DI GOA JALUR PASAR
|
Pengarahan dari instruktur sebelum pemanjatan di Jalur Pasar |
|
Alung melakukan perintisan di jalur Pasar didampingi Garang |
Alung bersiap sebagai leader dan Yora sebagai belayer. Pemanjatan mulai dilakukan dengan tujuan pitch 1 di goa jalur pasar. Pengaman demi pengaman mulai dipasang. Dalam praktek kali ini, di awal pemanjatan, ALung terlihat banyak ragu saat memasang pengaman. Meskipun bisa dibilang lancar, namun ada beberapa titik yang sling nya masih kurang panjang, sehingga poros jalur sedikit berbelok ke kiri dan berbelok lagi ke kanan. Poros zig zg seperti ini mengakibatkan friksi pada tali utama. Setelah di evaluasi oleh Garang (AB) yang pada saat itu menjadi pendamping dengan melakukan ascending pada tali lintasan yang berbeda, Alung kembali melanjutkan pemanjatan hingga sampai ke Goa yang menjadi Pitch 1.
|
Alung setelah memasang penambatan, bersiap menjadi belayer untuk Yora |
|
Yora saat melakukan pemanjatan |
Pemanjatan dilanjutkan oleh Yora sebagai pemanjat kedua. Alung melakukan hanging belay di goa yang didampingi oleh Dole (CG). Awal pemanjatan, Yora tampak ragu dan memang sempet terucap ada rasa takut sebelum melakukan praktek pemanjatan. Namun setelah beberapa meter naik, kondisi mental mulai terbentuk dan tampak menikmati pemanjatan. Mendekati titik akhir pemanjatan, Yora kehabisan tenaga. Sebenarnya jarak antara titik akhir pemanjatan ke posisi Yora saat itu tinggal sedikit lagi, sekitar 5 meteran, setelah diminta untuk sedikit manambah usaha, tampak ada kepanikan dari Yora yang terus menerus berkata “Pull…pull…pull…” hingga mencapai sekitar 2 meter dari titik akhir pitch 1, Yora terpeleset jatuh dan tertahan oleh Alung sebagai belayer. tenaganya sudah terkuras karena di awal pemanjatan ada rasa takut dan ragu, secara otomatis konsentrasi akan terpecah dan tenaga yang keluar lebih banyak. Karena hari semakin sore dan masih ada Apeng yang masih harus membersihkan pengaman yang terpasang, akhirnya diputuskan untuk menarik Yora ke titik akhir. Garang (AB) yang menggunakan Jumar, mengamankan dari sisi bawah, dan Dole (CG) mengurai stirrup sebagai bantuan pijakan. Tetapi karena kondisi cengraman tangan Yora sudah tidak sekuat sebelumnya, akhirnya Ogenk (P) dengan posisi cowstail pada 3 pengaman emas, menarik tangan Yora dan dengan bantuan stirrup yang dipasang Dole dan dorongan dari Garang yang berada di bawah, Yora bisa sampai ke Pitch 1 di Goa. Setelah memasang cowstail dan mengatur nafas untuk memulihkan tenaga, Yora membantu Alung mengurai tali untuk belayer pemanjat terakhir, Apeng.
|
Yora sempat kehabisan tenaga tidak jauh dari posisi ini |
|
Apeng sebagai pemanjat terakhir membersihkan jalur Saat hari sudah mulai gelap |
Hari sudah beranjak gelap ketika Apeng melakukan pemanjatan. Apeng menggunakan Head lamp untuk membantu membersihkan pengaman yang terpasang. Situasi yang cukup berat mengingat ini adalah pemanjatan pertama yang dilakuakan oleh Apeng. Ogenk (P) melakukan descending dari pitch 1 ke titik apeng, dengan pertimbangan, di titik itu, orang yang pertama kali melakukan panjat tebing di jalur pasar, biasanya akan mengalami kesulitan, karena ada bagian batu yang sedikit menonjol ke luar sehingga sedikit over hang. Setelah dianggap aman karena sudah melewati crux (bagian sulit dalam jalur pemanjatan), Apeng melanjutkan pemanjatan menuju ke Pitch 1 dan Ogenk (P) melanjutkan descending ke bawah untuk kembali ke shelter. Hari sudah gelap ketika apeng sampai di goa. Sekitar pukul 18.40 WIB. Apeng, Yora dan ALung selanjutnya mempersiapkan makan malam. Seperti biasa, waktu luang saat menunggu makan malam matang, dan menunggu dorlog (dorongan logistic) dari Tim Logistik Gori dan Tatom (AB) , Garang dan Dole melakukan evaluasi sambil bincang-bincang santai. Malam ini sesuai dengan Rencana Operasi, seluruh tim menginap di goa Jalur Pasar.
|
Rencana Kacil (TR) memanjat jalur Pepetek akhirnya batal karena hujan |
Malam pukul 21.00 WIB, Kacil (TR) Omal (TR), Sersan (PP) Akio (BB) dan Ogenk (P) yang membawa alat dokumentasi, menyusul ke goa untuk bermalam di sana. Mereka naik lewat Loket kiri dan langsung ke goa. Rencanya mau melakukan pemanjatan sport di jalur Pepetek. Sampai di Goa, setelah ngobrol sebentar dengan tim di sana, kacil mulai bersiap melakukan pemanjatan malam. Runner pertama terpasang, tetapi mendadak hujan hingga akhirnya niat memanjat jalur Pepetek diurungkan. Malam semakin larut, sayup sayup suara mesin pabrik dan mesin kendaraan yang melintas jalan raya di bawah goa menjadi backsound obrolan malam menjelang tidur. Terkadang terdengar suara carabiner bersinggungan dari cowstail yang terpasang di tali pengaman. akhirnya semua terlelap dalam tidur. SInar bulan yang tertahan oleh kabut dan asap dari pabrik kapur Mulia, sedikit menerangi beberapa bagian Goa di jalur Pepetek dan Si Berat
|
Pemanjatan hari ini cukup melelahkan, saatnya tidur... Pemanjatan esok masih panjang |
CLIMB TO THE TOP
|
Setting alat untuk pemanjatan hari ini |
Pagi hari pukul 06.00 WIB, setelah melakukan stretching, Apeng Yora dan Alung memasak sarapan pagi. Kapasitas makanan pagi ini sedikit ditambah baik kuantitas maupun kandugan kalorinya menjaga kemungkinan tidak sempat makan siang, karena pemanjatan kali ini langsung menuju puncak tebing 125.
Sementara Apeng Yora dan Alung menunggu makan pagi mereka matang sambil setting ulang alat, Garang dan Dole melakukan pengecekan jalur panjat ke puncak dengan memasang fix rope di jalur summit attack.
Omal (TR), Sersan (PP) dan Akio (BB) yang semalam menginap di depan jalur pepetek, berkemas untuk turun ke shelter, sementara Kacil (TR) melakukan pengecekan ulang setting alat yang sudah dilakukan AMBW 26 LS dan Ogenk (P) mempersiapkan setting camera untuk dokumentasi pemanjatan ke puncak.
Selesai makan pagi dan setting alat, Garang (AB) dan Dole (CG) memberikan arahan-arahan kepada AMBW 26 LS. Tidak lama, Gori dan Tatom naik ke goa membawa logistic untuk makan Instruktur dan pendamping. Selesai makan, Tatom membawa turun peralatan yang tidak dibawa ke puncak, sementara Gori melakukan persiapan pemanjatan ke puncak.
|
Chimney climb route... |
Pemanjatan pertama dilakukan oleh Alung sebagai leader di jalur Chimney. Teknik pemanjatan yang berbeda harus dilakukan oleh seorang pemanjat di jalur ini, dimana posisi memanjat adalah melakukan kuncian dengan saling menekan pijakan ke permukaan tebing yang letaknya berseberangan. Cukup lama Alung beradaptasi dengan gerakan memanjat seperti itu, hingga akhirnya sampai ke puncak chimney dan melakukan penambatan untuk kemudian bertindak sebagai belayer untuk Yora sebagai pemanjat kedua. Rasa takut kembali keluar dari mulut Yora sebagai pemanjat kedua. Support dari Kacil (TR) dan Ogenk (P) dengan mengatakan bahwa rasa itu normal, dan perlu ada agar kita bisa berhati-hati dalam melakukan pemanjatan, rupanya memberi semangat untuk Yora. Yora mulai melakukan peamanjatan. Memang terlihat kesulitan untuk adaptasi gerakan pemajatan chimney dari Yora. Tampak sering kebingungan mencari posisi yang nyaman saat memanjat. Kacil (TR) dan Ogenk (P) dalam waktu bersamaan melakukan pemanjatan dengan tali lain. Kacil langsung menuju ke titik akhir penambatan di chmney, sementara Ogenk (P) mencari posisi memasang cowstail untuk pengambilan gambar. Sementara Yora didampingi Dole, Kacil dan Ogenk memberi contoh gerakan yang berbeda. Kacil memilih gerakan melebarkan kaki di tebing yang berseberangan, sementara Ogenk memanjat dengan cara menempelkan punggung di salah satu sisi tebing dan kaki ditekan ke sisi tebing di depannya. Akhirnya Yora bisa melanjutkan lagi pemanjatan dengan menggunakan dua teknik tersebut secara bergantian. Demikian juga Apeng, menggunakan dua gaya tersebut secara bergantian.
|
Para belayer di puncak chimney |
Sebelum melakukan pemanjatan, perbekalan yang di packing dalam daypack di hauling ke atas dengan menggunakan tali transport, baru kemudian Apeng melakukan pembersihan pengaman.
Masih dengan susunan yang sama, ALung sebagai Leader, Yora pemanjat kedua dan Apeng pemanjat ke tiga, pemanjatan dilanjutkan terus. Perubahan dan peningkatan kualitas pemanjatan mulai tampak secara signifikan. Alung mulai semakin cermat memasang pengaman dan Yora yang sebelumnya sering ragu dan takut, mulai menikmati setiap pegangan dan pijakannya dalam proses pemanjatan. Demikian juga dengan Apeng, mulai bergerak lebih cermat mengikuti prosedur pembersihan jalur.
Di Pitch terakhir, langit meredup, dan mulai hujan rintik-rintik. Pemanjatan sempat tertahan saat hujan mulai membesar. Kacil dan Dole melakukan Summit attack dari jalur yang berbeda. Gori sebagai belayer dan pemanjat terakhir. Sementara Garang melakukan ascending di fix rope yang sudah terpasang sebelumnya, ALung sebagai leader mulai melakukan persiapan. Hujan mereda, pemanjatan dilakukan dengan lebih hati-hati karena lintasan masih basah dan beberapa cacat batuan di tebing masih berair. Alung sampai di summit attack dan Yora melakukan pemanjatan. Hauling Day pack dilakukan setelah Yora sampai di posisi Alung, kemudian disusul Apeng sebagai cleaner. Di saat yang bersamaan, Ogenk (P) melakukan pemanjatan dengan menggunakan tali lintasan lain ke titik summit attack.
|
Teras di pitch terakhir menuju puncak |
SUMMIT ATTACK
Sesampainya Apeng di titik summit attack, ALung melanjutkan pemanjatan sesi terakhir ke puncak tebing 125. Pemandangan yang mungkin baru pertamakali dirasakan oleh AMBW 26 LS memberi dorongan semangat dan membayar rasa lelah mereka. Yora sebagai pemanjat kedua kemudian APeng sebagai pemanjat terakhir, sampai ke puncak tebing 125. Amazing moment untuk AMBW 26 LS mengingat mereka bisa berdiri di puncak tebing setinggi 125 meter dari permukaan tanah yang mereka panjat sejak kemarin. Wajah ceria dan tawa mereka menunjukkan kepuasan, seolah olah hawa yang mulai dingin saat pakaian basah mereka terhembus angin di puncak tebing 125, terkalahkan oleh rasa puas. Setelah pengambilan gambar di puncak, hujan mulai turun lagi rintik-rintik. Hari mulai sore mendekati gelap, tim mulai turun lewat samping Tebing 125 secara perlahan, karena lintasan jalan setapak yang cukup curam dan licin karena basah oleh tetesan air hujan. Ogenk (P) sempat menunjukkan kawasan tebing lainnya (Gn, Hawu dan tebing 90) serta tempat wisata yang dikenal dengan nama Stone Garden kepada AMBW 26 LS untuk menambah wawasan mereka tentang kawasan tebing Karts Citatah yang digunakan sebagai sarana latihan para penggiat panjat tebing.
|
PUNCAK TEBING 125 Citatah... Sekali lagi, Alung, Yora dan Apeng membuktikan diri bahwa mereka bisa mengalahkan diri sendiri |
|
Setting alat sebelum turun kembali ke shelter |
Jalanan yang lumayan licin saat bergerak ke shelter cukup beresiko, karena di sebelah kanan jalan keadaan medannya lumayan curam. Perlahan dan penuh kecermatan diselingi obrolan-obrolan santai yang kadang keluar celetuk canda apalagi saat ada yang terpeleset, secara spontan mengundang tawa. Tiba di shelter pukul 18.10 WIB, langit mulai menjelang gelap, setting pendataan alat langsung dilakukan sementera yang lain menyiapkan makan malam. Selesai setting alat dan cek ulang, tim makan malam kemudian dilanjutkan packing.
|
Tiba di shelter, sambil menunggu makan malam siap, peralatan di cek ulang sebelum di packing |
Sekitar pukul 19.30 WIB, setelah melakukan doa, seluruh tim mulai bergerak kembali ke Sekretariat BHARAWANA. Mabim Tebing selesai dilaksanakan, kompenti pengajaran sesuai dengan Kurikulum, Silabus dan RPP telah terpenuhi, Tim sampai di Sekretariat BHARAWANA sekitar pukul 21.00 WIB. Sesuai SOP, seluruh alat di cek dan dihitung ulang kemudian disusun dan dibersihkan. Setelah menjemur Kernmantle, webbing dan prusik yang basah dan memasukkan alat lainnya ke Gudang alat BHARAWANA, rasa letih mulai dirasakan oleh AMBW 26 LS, sesi selanjutnya adalah istirahat…
PERJUANGAN BELUM BERAKHIR DAN TIDAK PERNAH BERAKHIR…
BERLATIH DAN BERLATIH untuk berubah menjadi LEBIH BAIK…
VIVA BHARAWANA…KEEP ADVENTURE..!!!
No comments:
Post a Comment