Saturday, September 12, 2009

OPERASI SAR DAN PENANGGULANGAN BENCANA ALAM CIANJUR & PANGALENGAN


-->
Lokasi Operasi I : Ds. Cikangkareng, Cianjur Selatan
Korban Tewas : 14 orang
Korban Hilang : 47 orang
Bentuk Operasi : Pencarian dan Evakuasi Korban
Waktu : 3 – 4 September
JURNAL KEGIATAN
2 September 2009
Terjadi gempa berpusat di 138 Km barat daya tasikmalaya berkuatan 7,3 SR pukul 14.55 WIB. Guncangan gempa dirasakan di Jakarta, Jogjakarta, Pelabuhan Ratu, dan Banjarnegara. Gempa tersebut berpotensi tsunami. Akibat gempa tersebut dilaporkan, jaringan telekomunikasi di Tasikmalaya terputus.
Langkah awal yang dilakukan BHARAWANA adalah melakukan koordinasi dan konsolidasi dalam rangka pengiriman tim ke lokasi bencana.
Maka diputuskan untuk memberangkatkan tim Advance yang bergabung dengan Tim dari Dompet Dhuafa untuk berangkat menuju Pangalengan tim ke dua berangkat ke Cianjur untuk melakukan pencarian korban yang tertimbun tanah longsor akibat gempa yang diperkirakan berjumlah 57 orang

3 September 2009
Persiapan pemberangkatan dengan mengajukan surat permohonan peminjaman kendaraan Rektorat dengan hasil Kendaraan Dipinjamkan tetapi Bahan Bakar dan uang makan Pengemudi ditanggung oleh BHARAWANA
Untuk melakukan perampingan biaya operasional mengingat dana yang dimiliki organisasi sangat minim maka diputuskan untuk menggunakan kendaraan pribadi anggota BHARAWANA
Tiba dilokasi yang medannya sangat berat untuk dilalui kendaraan roda 4, Tim langsung mengumpulkan data dan melakukan koordinasi dengan Tim dari BASARNAS yang ternyata juga baru tiba di lokasi
4 September 2009
Operasi pencarian dimulai dengan menggunakan peralatan seadanya. Mengingat Medan terlalu berat di mana ukuran batu-batu yang harus dipindahkan terlalu besar jika menggunakan peralatan yang ada serta kondisi medan masih sangat labil, maka operasi pencarian dihentikan sejenak pada pukul 11.00
Pukul 13.00 ada Informasi dari Tim Advance untuk segera merapat ke Pangalengan mengingat di wilayah ini SATKORLAK belum terbentuk sebagaimana mestinya sementara jumlah pengungsi lebih banyak dari daerah Cianjur
Atas informasi tersebut, maka diputuskan untuk Bergerak menuju Pangalengan
Lokasi Operasi II : Kp Padaawas RW 16
Desa Margamulya Kec Pangalengan
Jumlah Pengungsi : 328 KK ( 1.349 jiwa )
Kondisi Infrastruktur : 25% Rusak Berat, 35% Rusak Ringan
Bentuk Operasi : Pemulihan & Pengamanan Lokasi Pasca Bencana
Waktu : 4 – 9 September 2009
4 September 2009
1. Tiba di lokasi langsung melakukan survey lapangan dan diputuskan untuk mendirikan POSKO di Kp. Padaawas Ds.Margamulya kecamatan Pangalengan
2. Melakukan Koordiansi awal dengan Ketua RW 16, Para Ketua RT (1 s.d 6), dan tokoh masyarakat di Kp Padaawas
3. Melakukan pendataan jumlah pengungsi yang ada di masing-masing RT dan melakukan penyesuaian di lapangan untuk mencocokkan data dengan kenyataan
4. Melakukan pemilihan lokasi yang paling tepat untuk mendirikan POSKO Bantuan
5. Melakukan Breefing di Site Camp SMP Pasundan Pangalengan untuk kesepakatan pendirian POSKO
5 September 2009
1. Melakukan Koordiansi Kampus UNJANI Cimahi tentang kepastian pengiriman bantuan
2. Mendirikan POSKO di RT 03 RW16 Kp Padaawas Ds Margamulya Kec. Pangalengan dengan pertimbangan lokasi ini berada di tengah-tengah daerah yang akan ditangani oleh tim BHARAWANA
3. Mengelompokkan Tenda Pengungsi menjadi 4 Kelompok di Tiap RT ( 01-06 )
4. Melakukan koordinasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unjani
5. Pengiriman Bantuan Tahap 1 dari BEM UNJANI dan BEM FE UNJANI ke POSKO dan menampung di gudang Logistik
6. Pendataan rumah-rumah yang membutuhkan bantuan untuk pembersihan dan pengamanan area.
6 s.d 9 September 2009
1. Pengiriman Bantuan Tahap II dari UNJANI
2. Melakukan koordinasi dengan relasi-relasi (Panwaslu Prop Jabar, BPLHD Jabar, TV One, dll) untuk mengarahkan bantuannya ke POSKO UNJANI mengingat di lokasi ini bantuan yang masuk hanya dari BEM UNJANI dan BEM FE UNJANI
3. Penerimaan dan Pendistribusian Bantuan kepada para pengungsi
4. BHARAWANA beserta BEM UNJANI Membantu warga untuk membersihkan puing-puing reruntuhan akibat gempa
5. Mengusahakan sarana pengobatan gratis bagi warga RW 16 dengan melakukan koordinasi dengan KSR Unjani melalui BEM UNJANI
6. Menghimpun pemuda setempat dan memberikan pembekalan dan memberikan pelatihan kepada mereka tentang berorganisasi dengan tujuan agar mereka dapat melanjutkan pengelolaan bantuan yang masuk sampai dengan pendistribusian kepada warga RW 16 hingga membimbing mereka untuk membentuk sebuah tim swadaya masyarakat untuk penanggulangan Bencana di RW 16 dengan nama KP2B (Kelompok Pemuda Penanggulangan Bencana) RW 16 Kp. Padaawas Ds. Margamulya Kec Pangalengan
7. Mengajukan surat kepada Ketua RW untuk mengeluarkan Surat Keputusan atas terbentuknya Organisasi ini
8. Memberikan pengarahan-pengarahan kepada masyarakat tentang Mitigasi Bencana serta Prosedur Keamanan yang harus dilakukan apabila terjadi gempa susulan, dan membuat jalur Evakuasi, sehingga jika terjadi gempa, masyarakat akan berkumpul di 2 titik yang telah ditentukan. Metode ini berhasil saat terjadi Gempa Susulan yang ternyata berpusat di Wonosari DIY
9. Berinteraksi dengan masyarakat setempat serta membantu menghilangkan trauma pasca bencana
10. Membuat Laporan Pertanggungjawaban dan meyerahkan pengelolaan POSKO kepada para pemuda setempat yang tergabung dalam KP2B (90% pemuda setempat bergabung dengan sukarela dalam kelompok ini)
11. Menyerahkan LPJ selama berada di lokasi kepada Ketua RW 16 dan para Ketua RT (01 s.d 06) sebelum meninggalkan lokasi
DATA PENGUNGSI
· RT 01 Jumlah Pengungsi 43 KK
· RT 02 Jumlah Pengungsi 59 KK
· RT 03 Jumlah Pengungsi 71 KK
· RT 04 Jumlah Pengungsi 49 KK
· RT 05 Jumlah Pengungsi 47 KK
· RT 06 Jumlah Pengungsi 59 KK
Total Jumlah Pengungsi 328 KK (terdiri dari 1.349 Jiwa)
DATA BANTUAN
No
PENYUMBANG
BENTUK BANTUAN
1
BEM UNJANI & BEM Fakultas Ekonomi UNJANI
· 255 Paket Sembako terdiri dari
Ø 5 Mie Instant
Ø 1ltr Beras
Ø ¼ kg Gula Pasir atau Tepung Terigu
Ø 1 klg Sarden
Ø 1 btl minyak Goreng
Ø Susu Kental Manis
· 40 Sabun Mandi
· 40 Shampoo
2
PANWASLU Prop Jawa Barat
· 2 Karton Air Mineral Gelas
· 60 butir telur Ayam
· 5 Karton Mie Instant
3
Kecamatan Pangalengan
· 10 Selimut
· 1 Tenda Terpal
4
TV One
· 4 karung beras @25kg
· 32 klg susu kental manis
· 10 Selimut
· 8 karton air mineral
· 3 karton super bubur
· 1 paket obat-obatan
5
KSR UNJANI
· 1 Paket Obat-obatan
6
BPLHD Provinsi Jawa Barat
· 12 Karton Ester-C
· 50 lbr Selimut
· 4 lbr tikar
· 4 karung Beras @25kg
· 2 doos Masker
· 10 Karton Indomie
7
Desa Margamulya
· 6 bungkus Mie Instant
· 9 kg Beras
· 12 gelas air
PENDISTRIBUSIAN BANTUAN
No
Nama Barang
Masuk
Keluar
Kembali
Sisa Stock di Gudang
1
Paket Sembako
255 paket
255 paket
7 paket
7 paket
2
Sabun Mandi
40 buah
40 buah
0
0
3
Shampoo
40 buah
40 buah
0
0
4
Beras
8 Karung 9 kg
2 karung 9 kg
0
6 karung
5
Air Mineral
10 karton
6 karton
0
4 karton
6
Tikar
4 lembar
0
0
4 lembar
7
Obat-obatan
1 paket
0
0
1 paket
8
Ester C
12 karton
3 karton 11 pak
0
8 karton 9 pak
9
Telur
60 butir
34 butir
0
26 butir
10
Sarden
286 kleng
255 kaleng
0
31 kaleng
11
Susu Kental Manis
32 kaleng
3 kaleng
0
29 kaleng
12
Mie Instant
15 karton 6 bks
6 bks
0
15 karton
13
Super Bubur
3 karton
2 karton
0
1 karton
14
Selimut
70 lbr
70 lbr
0
0
PEMBERSIHAN PUING & PENGAMANAN BANGUNAN
No
Nama Bangunan/Pemilik
Klasifikasi Bangunan
Wilayah
Status
1.
Mesjid
Tempat Ibadah
RT 03
Pembersihan Puing
2.
Bp. Ipin
Rumah Tinggal
RT 02
Perubuhan
3.
Bp. Ida
Rumah Tinggal
RT 02
Perubuhan
4.
Bp. H Asep
Rumah Tinggal
RT 02
Pembersihan Puing
5.
Bp. Entis
Rumah Tinggal
RT 02
Perubuhan
6.
Bp. Nana
Rumah Tinggal
RT 02
Pembersihan Puing
7.
Bp. Mimin
Rumah Tinggal
RT 02
Perubuhan
8.
Bp. Budi
Rumah Tinggal
RT 03
Pembersihan Puing
9.
Bp. Arip
Rumah Tinggal
RT 03
Pembersihan Puing
10.
Bp. Apep
Rumah Tinggal
RT 03
Pembersihan Puing
11.
Bp. Mus
Rumah Tinggal
RT 03
Pembersihan Puing
12.
Bp. Deny
Rumah Tinggal
RT 03
Perubuhan
Catatan :
Pembersihan puing dan pengamanan bangunan sampai dengan infrastruktur yang rusak akibat gempa dilakukan oleh KP2B dengan metode-metode yang telah diberikan selama dalam bimbingan tim BHARAWANA-UNJANI
KENDALA
Banyak kendala yang dihadapi di lapanagan selama berada di lokasi bencana, diantaranya :
1. Awalnya Tim BHARAWANA UNJANI berniat untuk menangani daerah yang tidak terlalu luas mengingat dana operasional yang digunakan dalam Operasi ini Sangat Terbatas dan boleh dibilang Minim. Namun warga setempat yang membutuhkan pertolongan sangat banyak mengingat belum ada Relawan maupun LSM yang masuk ke daerah ini. BHARAWANA tidak bisa begitu saja menutup mata dan tidak peduli dengan segala permasalahan mereka. Berpegang pada Janji BHARAWANA butir ke 2 ”Menolong Sesama Tanpa Pamrih”, akhirnya diputuskan untuk melakukan “Coverage Area” sebatas wilayah RW 16, dengan mengerahkan semua potensi yang dimiliki.
2. Area yang harus ditangani sangat luas, sementara kendaraan operasional yang ada hanya 2 unit Motor yang jelas-jelas sangat Tidak Memenuhi SOP Penanggulangan Bencana Alam (minimal ada 2 unit kendaraan roda 4 yang selalu siap di POSKO selama 24 jam)
3. Pengiriman Paket dan patroli dirasa sangat tidak kondusif, bahkan kadang membahayakan, mengingat pendistribusian bantuan dilakukan dengan kendaraan roda 2 sedangkan barang bawaan untuk para pengungsi melebihi kapasitas, ditambah medan yang cukup berat.
4. Operasi kadang terhambat karena masalah dana, sementara kebutuhan dana yang harus diperlukan relatif besar, karena harus memenuhi untuk :
a. Biaya Bahan Bakar untuk 2 unit sepeda motor yang kadang harus pulang pergi pangalengan-kampus UNJANI,
b. Biaya Bahan Bakar untuk memasak logistik bagi anggota tim
c. Biaya pembelian Logistik untuk Makan anggota Tim,
d. Biaya untuk Komunikasi dan koordinasi dengan lembaga dan UKM lain mengingat tidak satupun UKM di UNJANI (di luar BHARAWANA) yang menggunakan sarana Radio Komunikasi
5. Kekecewaan dengan tanggapan dingin dari Pihak Lembaga UNJANI kadang mengakibatkan turunnya semangat dari anggota Tim sehingga mengganggu jalannya operasi, mengingat Tim ini bekerja untuk MENGHARUMKAN NAMA KAMPUS UNJANI.
6. Sangat sulit untuk menyatukan organisasi-organisasi di lingkungan Civitas Akademika UNJANI untuk berjuang di bawah satu Bendera yaitu : BENDERA UNJANI
KESIMPULAN
1. Operasi kali ini tidak jauh berbeda dengan Operasi PBA di Aceh dan DIY di mana Tim BHARAWANA berangkat dengan dana pribadi dan organisasi yang tidak seberapa dengan membawa nama UNJANI karena tidak ada dukungan dana dari pihak lembaga, bahkan pada bencana Longsor Cianjur dan Situ Gintung, BHARAWANA tidak mengirimkan sama sekali timnya, walaupun sudah diminta untuk membantu di lokasi karena dinilai cukup memiliki bekal dan pengalaman untuk penanggulangan bencana sejak didirikan tahun 1990.
2. Sejak Peristiwa Gempa dan Tsunami Aceh, terasa ada penurunan ‘sesnse of humanity’ dari pihak lembaga UNJANI. Hal ini terasa sekali mengingat pada operasi-operasi sebelumnya, pihak UNJANI begitu antusias dan memberi dukungan baik dari masalah birokrasi sampai dengan operasi di lapangan, contoh mulai dari Operasi SAR G Gede-Pangrango 1991, Tsunami Flores 1993, Gempa Operasi SAR Merpati Gn Puntang 1995, Bengkulu I 1997, Longsor Garut 1998, Longsor Cililin 2000 dll
3. Sikap lembaga dalam pengambilan keputusan tetap sama seperti beberapa waktu sebelumnya, terkesan lambat dan kurang tepat dalam menentukan waktu pergerakan, dan titik yang akan dituju (kadang bantuan diturunkan di titik yang sudah kelebihan bantuan)
4. Dalam sebuah Operasi SAR dan PBA sesuai standar international (berdasarkan SOP SAR), yang paling diperlukan adalah:
a. Kecepatan : cepat tanggap untuk melakukan pergerakan
b. Kecermatan : kecermatan dalam melakukan pengamatan di lapangan
c. Ketepatan : tepat dalam memutuskan COVERAGE AREA berdasarkan skala prioritas (daerah yang dekat dengan jalan utama dan ramai bukan wilayah yang tepat untuk coverage area mengingat di daerah seperti ini adalah wilayah yang paling pertama menerima bantuan)
SARAN
1. UNJANI memiliki sarana yang lengkap untuk terlibat dalam operasi SAR & PBA mengingat potensi-potensi yang ada sudah dapat dikatakan memenuhi SOP sebuah operasi PBA yang melibatkan unsur :
a. Satuan E-SAR
b. Satuan Medis
c. Satuan Psikolog untuk trauma center pasca bencana
d. Satuan untuk perbaikan infrastruktur (Sipil dan Electrical)
2. Melanjutkan kembali rencana penyusunan Crisis Center yang sempat berjalan dengan mengadakan beberapa kali pertemuan-pertemuan, dan sekarang berhenti sama sekali untuk menghindari kesan latah karena saat itu hampir semua lembaga dan institusi berlomba-lomba mendirikan Crisis Center
3. Potensi selengkap apapun akan sia-sia jika tidak didukung kerjasama dari semua potensi yang ada serta kesadaran akan jiwa sosial untuk peduli pada sesama kita yang memang membutuhkan bantuan kita, sekalipun kita harus Berjuang di bawah bendera yang tidak pernah berkibar.

No comments:

Post a Comment