Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi
Yuyus ‘PURBA’ (BW 11077 BS)
Pendakian Gunung Rinjani
Senin pagi menjelang siang, usai persiapan yang cukup mantap sekitar jam 9.30 aku meluncur dengan sepeda dari penginapan menuju pos pendakian Sembalun dan melapor ke petugas di sana perihal rencana pendakianku. Pa Mick yang melepasku sampai pos tersebut banyak memberi dorongan semangat perihal pendakianku membawa sepeda, karena dahulu beliau pernah melakukan hal serupa mendaki Rinjani dengan sepeda bersama rekannya di UNRAM.
Diawali dengan do’a, sekitar jam 10-an aku mulai melanjutkan pendakian dengan target Palawangan. Perjalanan dengan sepeda menuju pos 2, aku seperti diulang tahunkan, karena jalur yang ditempuh sangat mudah dan menarik dilewati dengan sepeda hingga waktu perjalanan lebih cepat dibandingkan jalan kaki. Selama perjalanan menuju pos 2, aku bertemu dengan para pendaki dari Sulawesi, Bima dan Lombok Timur sendiri. Tiba di pos 2, aku istirahat untuk mengambil air dan sholat berbarengan dengan para pendaki dari Lombok Timur yang sudah duluan tiba di pos tersebut. Jumlah mereka lumayan banyak, hingga suasana mendakinya begitu hangat. Gak begitu lama aku istirahat di pos 2, mereka berpamitan meninggalkanku lebih dulu. Setelah sholat, perjalanan aku lanjutkan kembali menuju pos 3. Perjalanan menuju pos 3, sepeda mulai aku dorong dan terkadang gak sedikit aku harus memanggulnya. Tiba di pos 3, aku disambut anak-anak Sulawesi dan Bima yang lagi istirahat. Perkenalan kami disuguhi kopi panas, menambah kehangatan sendiri. Tujuan mereka mendaki Rinjani adalah dalam rangka Pendakian Merah Putih dari Mapala Universitas Muhammadiyah Makassar dan Universitas Tadulako Palu di temani Universitas Muhammadiyah Mataram dan Bima. Selain mendaki Rinjani mereka juga akan ke gunung Tambora yang kelak jadi rekanan mendaki gunung di ujung Sumbawa yang kawahnya tergolong besar itu.