Wednesday, February 11, 2009

TRAINING ALAM BEBAS ANGKATAN XIX (PANCARAWANA)


Perubahan Konsep dari DIKLATSAR menjadi Training Alam Bebas yang disepakati beberapa waktu lalu, telah memasukki tahap pelaksanaan. dengan 10 orang peserta yang sebenarnya masih dianggap sangat minim untuk regernerasi, Para Instruktur senior dari BHARAWANA, yang sebelum pelaksanaan TAB telah melakukan pertemuan-pertemuan secara marathon untuk menysun kurikulum formula cara pengajaran, yang akhirnya memberi warna tersendiri. Suasana santai yang diterapkan dalam pemberian materi, dirasakan memberi perubahan dalam penyerapan materi, dan calon anggota terlihat lebih interaktif.

Cukup disayangkan memang, menjelang pelaksanaan lapangan, beberapa peserta mulai rontok alias mundur, hingga akhirnya tersisa hanya 5 orang saja…hmmff…!!!

Menancapkan Aren di Bumi Salada

Fakta yang mengatakan kalau luas hutan di Indonesia semakin berkurang tiap tahunnya adalah benar. Menurut data dari Greenpeace aja, luas hutan di Indonesia berkurang seluas 1 kali lapangan sepak bola setiap harinya. Data itu ditinjau berdasarkan aktifitas illegal logging atau penebangan liar alias tidak resmi alias maling kayu yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pengolah kayu. Namun nampaknya data tersebut belum termasuk aktifitas penebangan liar yang kecil-kecil seperti yang dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan.
Sebagai contoh seperti yang terjadi di hutan lindung Gunung Salada, Desa Bojongkoneng, Sentul Bogor. Masyarakat sekitar hutan lindung tersebut masih dengan bebas melakukan penebangan liar. Akibatnya perlahan namun pasti Gunung Salada menjadi gundul dan rawan akan longsor. Lebih dari itu, perbukitan gunung itu dijadikan lahan bercocok tanam, yaitu Singkong.

Mencumbui Puncak Agung, Rinjani, Tambora Dengan Sepeda (Bag-3)





Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi
Yuyus ‘PURBA’ (BW 11077 BS)

Pendakian Gunung Rinjani
Senin pagi menjelang siang, usai persiapan yang cukup mantap sekitar jam 9.30 aku meluncur dengan sepeda dari penginapan menuju pos pendakian Sembalun dan melapor ke petugas di sana perihal rencana pendakianku. Pa Mick yang melepasku sampai pos tersebut banyak memberi dorongan semangat perihal pendakianku membawa sepeda, karena dahulu beliau pernah melakukan hal serupa mendaki Rinjani dengan sepeda bersama rekannya di UNRAM.
Diawali dengan do’a, sekitar jam 10-an aku mulai melanjutkan pendakian dengan target Palawangan. Perjalanan dengan sepeda menuju pos 2, aku seperti diulang tahunkan, karena jalur yang ditempuh sangat mudah dan menarik dilewati dengan sepeda hingga waktu perjalanan lebih cepat dibandingkan jalan kaki. Selama perjalanan menuju pos 2, aku bertemu dengan para pendaki dari Sulawesi, Bima dan Lombok Timur sendiri. Tiba di pos 2, aku istirahat untuk mengambil air dan sholat berbarengan dengan para pendaki dari Lombok Timur yang sudah duluan tiba di pos tersebut. Jumlah mereka lumayan banyak, hingga suasana mendakinya begitu hangat. Gak begitu lama aku istirahat di pos 2, mereka berpamitan meninggalkanku lebih dulu. Setelah sholat, perjalanan aku lanjutkan kembali menuju pos 3. Perjalanan menuju pos 3, sepeda mulai aku dorong dan terkadang gak sedikit aku harus memanggulnya. Tiba di pos 3, aku disambut anak-anak Sulawesi dan Bima yang lagi istirahat. Perkenalan kami disuguhi kopi panas, menambah kehangatan sendiri. Tujuan mereka mendaki Rinjani adalah dalam rangka Pendakian Merah Putih dari Mapala Universitas Muhammadiyah Makassar dan Universitas Tadulako Palu di temani Universitas Muhammadiyah Mataram dan Bima. Selain mendaki Rinjani mereka juga akan ke gunung Tambora yang kelak jadi rekanan mendaki gunung di ujung Sumbawa yang kawahnya tergolong besar itu.