Thursday, January 7, 2021

BHARAWANA TRILOGY EXPEDITION


 

BHARAWANA TRILOGY EXPEDITION 2017 : PENJELAJAHAN PESISIR PANTAI LOMBOK TIMUR

Gugusan pulau terbentang sepanjang meridian geografis bumi khatulistiwa, mengantarkan negara tropis ini sebagai negara ribuan kepulauan. Dari penghujung tanah Sabang hingga Merauke tersusun gugusan daratan cantik luput dari batas. Tanah ini adalah tanah surganya penikmat gunung dan laut. Sebuah kemalangan apabila kami tidak mengembara khazanah bumi khatulistiwa yang telah dipijak sejak kali pertama Tuhan takdirkan.

Penjelajah Rimba dan Pendaki Gunung sebagai azas membawa raga kami untuk menjejaki langkah hingga ke penjuru tak terhingga, menapaki pesisir bahari Indonesia; Pulau Lombok, sebuah pulau dengan julukannya seribu masjid menambah kehangatan kami untuk menyusuri dari pelataran Pelabuhan Kayangan dan menepi di Pantai Kuta sejauh 265 KM selama 16 hari menapak kaki, mengukir jejak diantara pasir, bebatuan, dan ombak biru.

Deru angin dan gulungan ombak bak berlian menggulung tidak jua menyurutkan perjalanan kami yang sangat melelahkan. Panas terik rawi membakar kulit hingga kepala kami yang pula membakar semangat berkobar hingga tepi. Lembar demi lembar peta tamat kami sematkan koordinat keberangkatan hingga istirahat. Segala kendala halau rintang yang menyurutkan semangat tidak luput dari catatan buku kecil kumal dalam plastik klip. Catatan perjalanan itu bagaikan kapsul waktu yang membawa kami pada tiga tahun lalu.

Pikiran kami terkira bahwa bahari Lombok ini hanya membentang hamparan kersik halus putih bagaikan sutera dipadu dengan birunya laut selebu. Namun ternyata kiraan kami dihantam realita dengan hamparan pasir hitam, tebing curam, rawa bakau, kabun bekas panen warga, dan juga sungai-sungai yang bermuara ke laut. Lagi-lagi calaknya cakrawala selalu memberikan isyarat pada kami bahwa semua pasti akan berakhir sesulit apapun keadaan. Sulitnya medan, jauhnya langkah, dan rentang waktu kami berkegiatan tentunya sebanding dengan persiapan dan perbekalan yang telah kami lakukan kurang lebih selama tiga bulan lamanya.

Kisah kami di bawah langit  Lombok tidak selesai begitu saja hanya dengan keindahan mayapada, namun ada manusia-manusia berhati malaikat yang turut terlibat dalam perjalanan kami. Bukan hanya memberikan kami tempat bernaung melepas letih, namun canda tawa dan pengalaman yang tidak ternilai harganya.

Sebuah perjalanan pesisir pulau Lombok ini telah menorehkan bukan hanya kenangan namun pengalaman yang tidak dapat kami lupakan sepanjang hidup kami. Rekahan senyum, gelak tawa, amarah, kebaikan, air mata dan segala sesuatu yang menghiasi langkah kaki hingga tepi laut Kuta akan menjadi cerita sepanjang masa tanpa titik. Langkah-langkah kecil kami memang telah tersapu pasir dan digulung ombak, namun catatan perjalanan kami mengukir sejarah kecil pula telah diabadikan sepanjang waktu Bharawana tegak menjulang dilangit petualangan penjelajah alam.

 

Loc. Pelabuhan Kayangan, menjadi titik start penyusuran pantai Lombok

      

Loc. Pantai Surga, Kel.Pemongkong, Lombok Timur                              Loc. Kel.Pemongkong,  Lombok Timur

 

 

              

Loc. Kel. Sekaroh, Lombok Timur                                                 Loc. Desa Separong, Lombok Timur

              

Loc. Gili Perigi, Lombok Tengah                                                  Loc. Pantai Seger,  Lombok Tengah

 

 

 

EKSPEDISI PENDAKIAN GUNUNG BINAIYA

Kemilau pulau yang terbentang di bagian Timur Indonesia menambah eksotisme paras alam yang tersembunyi tidak lagi hanya sebagai ilusi optik belaka. Seakan asa membawa kendali kami berlayar menuju utara  kota manise, Amboina , Pulau Seram. Dengan luas 18.625 km² dan titik tertingginya ialah Gunung Binaiya 3.027 m dpl,  membuat Pulau Seram menyimpan selembak keindahan alam beserta misterinya. Pegunungan Karst yang menjulang tinggi dengan hamparan pantai di 0 mdpl bersatu-padu mengadu kecantikan dengan  kenampakan yang masing-masing  mempunyai nilai  estetika  tersendiri.

Jingga senja hidup diujung pulau, bersama asa yang berharap tersampaikan. Menyusuri aspal desa dari Masohi dan terhenti di ujung desa terakhir yaitu Piliana( Pilianika ; sudah terang). Sambutan ramah dengan senyumandan suara tulus yang jauh dari dialektika kota itu menghangatkan dinginnya desa di 40 mdpl. Dua fenomena yang terbentang menjadi hal yang eksentrik tinggal di desa ini, yaitu hamparan pantai dan jajaran pegunungan. Tampak pegunungan Karst yang merajuk untuk ditapaki dengan sekelumut adat dan kearifan lokal desa yang masih terjaga membuat daya tarik tersendiri untuk dijejaki.

Mengawali pendakian dari arah selatan membuat kami bercengkrama terlebih dahulu dengan lembahan dalam dan jalur sungai yang menggertak untuk disebrangi. Gemercik batu, air dan tapak kaki membuat friksi yang terdengar indah, tak kalah dengan cantiknya bahana kakatua seram di hutan Binaiya.

Melihat dan melewati riam Sungai Yahe yang terselinap dalam leretan lembah dan kepungan halimun yang tebal seakan tapak kaki melangkah mencapai Nirwana, belantara Binaiya yang menggoda. Menjejaki lebih jauh menuju hutan hujan tropis dan surga lumut yang membelalakkan mata, belum lagi kepungan kabut diantara celah karst pegunungan Binaiya membuat hasrat diri terunduk hingga batas Nirwana, atap Maluku yang mempesona.

Matahari tidak kami temukan waktu itu, tetapi jumputan lumut menyambut kami seakan  merajai vegetasi binaiya yang mulai terlihat dari ketinggian 1929 mdpl, seketika  hijaunya lumut  menyungkupi tanah Binaiya, pandangan kami seperti melihat jendela nusantara hadir dipandangan mata. Keanekaragaman jenis tanaman lumut dan paku-pakuan menjadi salah satu bagian terimpresi dalam perjalanan kami. Sekian lama meniti garis pendakian, pukul 12.00 WIT tanpa sinar sang baskara dan halimun pulau seram yang membelenggu serta gemercik air hujan menyelingi pijakan kaki, tidak mematahkan hasrat untuk terus melangkah.

Kami mewakili asa seluruh wanita Indonesia yang ingin terus melihatkan selembak semangat untuk nusantara. Kami hanya tiga wanita yang terkagum-kagum pada ciptaan Tuhan Yang Maha Esa tak hentinya mengucap syukur untuk anugerah nikmat sehat yang melimpah ruah.

One spirit, Thousand action, meruntut asa dari Rumah BHARAWANA, berlayar menuju Timur Indonesia. Puncak Binaiya, Langit Seram tersimpan dalam sukma, jauh dikaki namun dekat dihati. Binaiya, 3.027 mdpl.

Anggota Muda BHARAWANA Bersama Bapak Raja (kepala adat setempat)

 

 

 

No comments:

Post a Comment