Wednesday, January 13, 2016

TERTELAN LEUWI BUDAH CIPELES (BAG-1)

Dipapaes ku Cipeles
Tampomas nu matak waas
Cimalaka pamandian
Ngagenyas caina herang
Caang bulan opat welas
Caang mabray cahayana
Nambah endah ketingalna
Kota Sumedang

Sebagian aliran Sungai Cipeles
Kutipan tulisan yang kami ambil dari catatan perjalanan Nevi “OMAL” (BW12086KR) saat mengarungi sungai Cipeles Sumedang bersama Asep ‘Abulk’ (BW09EK); Azhar ‘KACIL’ (BW12082KR); Dede ‘MORI’ (BW19104PR) dan Fajar ‘PULUNG’ (BW20106KP) pada bulan Januari 2014 yang lalu.

Sebuah catatan perjalanan yang memberi begitu banyak pelajaran berharga bagi kita semua, mengingat terjadi musibah dalam pengarungan ini, meskipun tidak ada korban jiwa saat musibah terjadi. 

Seperti apa kejadian di Sungai Cipeles, mari kita ikuti penuturannya.

AWAL SEBUAH RENCANA
Dari obrolan ringan Abulk, Kacil, Omal saat mengawasi Mabim divisi IV/ORAD di Sungai Citarum, tercetuslah ide pengarungan Sungai. Karena belum ada keputusan ke sungai mana yang dianggp layak, maka mulailah dilakukan perburuan Informasi dan data-data sungai. Dari hasil perburuan tersebut, akhirnya diputuskan untuk melakukan pengarungan ke Sungai Cipeles di Sumedang.

Langkah pertama yang dilakukan adalah melaksanakan Survey ke lokasi secara global oleh Omal dan Karut (BW22112BB yang pada waktu itu masih Anggota Muda). Selama 1 hari penuh, survey global dilakukan dari darat dari mulai titik start sampai dengan titik akhir rencana pengarungan. Dari hasil survey darat ditentukan lokasi start point di Bendung Burujul Samoja dan finish di Tomo.

Sampai dengan pelaksanaan survey dan penyusunan rencana perjalanan, personil yang terlibat masih bongkar pasang. Rencana awal, akan ada dua team yang dilibatkan yaitu satu team pengarungan dan satu team darat sebagai team pendukung.

Melihat kondisi padatnya jadwal akademik dan berbenturan dengan jadwal kesibukan pribadi dari anggota BHARAWANA baik yang masih aktif maupun Anggota Luar Biasa (ALB), akhirnya dibentuklah 1 team yang terdiri dari Omal (Leader Team), Abulk, Kacil, Mori dan Pulung.

Team Cipeles berfoto di depan Sekretariat BHARAWANA
dari Kiri : Abulk, Mori, Omal, Kacil dan Pulung

TIME TO ROCK N ROLL
Setelah Persiapan dan Final Check dilakukan, maka tibalah saatnya untuk memulai aksi. Pada hari sabtu, 18 Januari 2014 dengan menggunakan kendaraan pribadi berangkat menuju Sumendang tepatnya di titik start bendung Burujul. Tiba di titik start, kami melakukan cek ulang peralatan yang akan dibawa.
Kacil, Omal dan Abulk
dengan Latar Belakang Bendung Barujul

Segala peralatan dipersiapkan barang-barang lain seperti pakaian ganti hp kamera dll dimasukkan dalam drybag (tas kedap air yang biasa digunakan dalam arung jeram) . Setelah perahu dipompa kami melakukan pemanasan. Dengan satu perahu kami melakukan pengarungan.

Omal melakukan cek valve dan flip line
sebelum mulai pengarungan
Hari 1
Dengan berdoa terlebih dahulu, kami memulai pengarungan untuk hari pertama, dan saya sebagai Skipper (pengendali perahu).

Pengarungan awal ini disambut langsung dengan jeram-jeram yang bervariasi dan cukup tinggi yang berkisar antara grade II dan III, mengingat pada waktu itu curah hujan di lokasi pengurungan lumayan tinggi, sehingga debit air sungai mengalami kenaikan. Dengan kekompakan kami, jeram-jeram bisa dilewati dengan baik.

Kurang lebih 1,5 KM dari start point, kami menjumpai bendungan Belanda di daerah sekitar Pasanggrahan, terpaksa team menepi untuk melakukan lining (menuntun perahu dengan menggunakan tali dari tepian sungai) untuk kemudian melanjutkan pengarungan melewati kota Sumedang. Kondisi arus sungai sangat berbeda jauh dengan sebelumnya, di sini arus sungai lebih dominan Flat (genangan dengan arus kecil), dan ini cukup menguras tenaga. 

kami juga harus cermat melakukan manuver-manuver perahu untuk menghindari paralon-paralon pembuangan limbah produksi tahu yang cukup banyak di sekitar sungai di wilayah ini.

Melewati jembatan Taman Endog kota Sumedang sekitar Gending kami kembali menepi untuk melakukan lining karena ada penurunan gradient sungai yang tajam. Karena berada di tengah kota, maka cukup banyak warga sekitar yang menyaksikannya, ini menjadi kesempatan team untuk foto-foto bersama warga sekitar.

Setelah selesai melakukan lining, foto-foto dan sedikit obrolan bersama warga, kami melanjutkan lagi pengarungan. Lagi-lagi kami disambut dengan jeram-jeram yang cukup besar dan kuat seperti di titik awal, namun di sini keadaannya, jeram-jeram tersebut seolah tidak ada putus-putusnya sampai melewati jembatan Rancapurut. 

Pengarungan yang menguras tenaga kami, sehingga formasi pendayung diatur ulang, Kacil berpindah posisi di belakang sejajar sebelah kiri bersama saya sebagai Skipper. Sementara Abulk dan Pulung berposisi sebagai pendayung disebelah kanan dan Mori di sebelah kiri.

Kurang lebih 1 KM menuju Bendung Sentig kami terjebak tumpukan sampah yang terbentuk karena arus sungai berbelok tajam ke kiri sementara sungai sedikit melebar dan didepannya terhalang batu.

Di sini perahu mengalami entrapment (terjebak dalam pusaran arus) karena selain arus yang berputar-putar ditambah dengan terhalangnya sampah. kami berkali-kali berusaha keluar dari jebakan ini, usaha pertama kami yaitu mencoba mendayung Upstream (perahu diarahkan ke hulu sungai/melawan arus).

namun upaya ini gagal karena arus yang besar mengarah ke kiri perahu sehingga perahu kami kembali terdorong ke Eddies (daerah di mana air berhenti dan berbalik ke hulu. Bisa digunakan untuk istirahat. biasanya terbentuk dibalik batu atau tikungan)

Setelah berkali-kali gagal dengan upstream, akhirnya kami sepakat menembus tumpukan sampah dengan resiko perahu sobek mengingat banyak sampah-sampah dari batang-batang bambu yang tajam. 

Dibutuhkan kecermatan dan ketelitian dalam melakukan manuver perahu melewati tumpukan sampah ini, hingga akhirnya perahu berhasil keluar dari tumpukan sampah dan kembali ke aliran sungai.

Bendung Sentig
Selama pengarungan ini, kami banyak menjumpai para pemancing di tepian sungai. 

Kondisi ini juga menuntut manuver perahu untuk menghindarinya dengan maksud agar tidak mengganggu para pemancing. Sambil lewat, kami sesekali bertegur sapa dengan mereka dan juga dengan para petani yang sawah/ladangnya bersebelahan dengan sungai Cipeles

MENGINAP DI SENTIG
Menjelang Maghrib kami tiba di bendung Sentig. kami langsung melakukan portaging. Meskipun team membawa peralatan untuk ngecamp dan perbekalan makanan, kami memutuskan untuk bermalam di rumah penduduk sekitar Bendung Sentig. Sekira pukul 07.00 malam kami tiba di perkampungan penduduk sekitar Bendung Sentig.

kami memutuskan istirahat di sebuah warung, sambil menikmati jajanan warung team meminta ijin ikut mandi dan bersih-bersih peralatan. Sekalian itu team meminta ijin untuk ikut bermalam di warung tersebut. Pemilik warung mengijinkan kami untuk menginap bermalam di rumahnya. Dengan pertimbangan yang aman perahu ditambat di irigasi bendungan Sentig, sementara barang-barang dan perlengkapan lainnya kami bawa.

Selain mengijinkan kami untuk bermalam, pemilik warung tidak berkeberatan untuk mempersiapkan makan malam itu dan untuk makan pagi. Setelah makan malam kami segera beristirahat tidur mengingat masih tersisa pengarungan besok.

PENGRUNGAN HARI KEDUA
pagi-pagi sekali kami bangun untuk melaukan sholat Subuh, berlanjut mandi dan tidak lama Ibu warung pemilik rumah di mana team menginap mengisaratkan kami untuk makan pagi.
Persiapan Pengarungan Hari ke 2

selesai makan pagi, kami kembali berkemas mempersiapkan pengarungan. Pukul 07.00 kami berpamitan untuk melakukan pengarungan melanjutkan perjalanan sesuai yang direncanakan. setelah berpamitan dan foto-foto dengan pemilik warung kami berangkat berjalan kaki ke Bendung Sentig tempat perahu ditambatkan.
Foto bersama pemilik warung
di mana kami menginap

Seperti biasa, kami pemanasan terlebih dahulu, dan melakukan pengecekan perahu, terutama kondisi anginnya. Setelah perahu dipompa lagi kami melakukan portaging (membawa perahu dengan cara mengangkatnya di darat) dari tempat irigasi untuk diturunkan di sungai Cipeles. 
Scouting sebelum melakukan pengarungan

Tepat pukul 08.00 kami mulai pengarungan. Di sini kami kembali disambut banyak jeram-jeram yang bervariasi, dan juga kami melihat cukup banyak anak-anak sungai yang bermuara di sungai Cipeles. 

Dalam perjalanan Rancangan Operasi Perjalanan (ROP), finish pengarungan diperkirakan siang hari pukul 12.00 Wib, di jembatan Bantarmara Ganeas. Setelah melewati jeram-jeram yang bervarisasi kekuatan dan besarnya, akhirnya kami sampai di titik finish berdasarkan ROP.

Waktu masih pagi sekitar pukul 09.35 WIB, setelah berdiskusi dan menimbang masih banyak sisa waktu, akhirnya kami memutuskan melanjutkan pengarungan dengan perkiraan finish di jembatan Tonjong Citepok Paseh.

Melewati jembatan bantarmara kami kembali disambut dengan suguhan jeram-jeram besar. Ditengah perjalanan pengarungan ada petani yang mengingatkan akan adanya Leuwi. 

Kata leuwi ini cukup membingungkan sebenarnya, karena berbeda-beda maksudnya ada yang maksudnya pusaran air, ada yang maksudnya jeram, ada yang maksudnya mata air. Kira-kira jarak 1 Km, gradient sungai berubah tajam dan kami menjumpai arus yang tiba-tiba drop karena patahan sungai. 


Disinilah kami mengerti maksud petani tadi. terdapat leuwi tersebut yang oleh penduduk sekitar dinamakan Leuwi Jurig (serem juga namanya, wiiiih...merinding). Sebuah patahan yang cukup tinggi sehingga membentuk jeram dengan standing wave (Gelombang arus berdiri yang terjadi karena benturan arus kuat di permukaan dengan arus lambat di bawahnya, menyebabkan air naik membentuk gelombang berangkai dari yang terbesar sampai yang terkecil) dengan puncak yang terpecah

Standing wave dengan puncak yang curam dan terpecah dibagian puncaknya memiliki daya balik yang tinggi dan sangat berbahaya. Tingginya patahan ini menyebabkan reversal (arus balik) dalam bentuk hole (perubahan bidang jatuh yang menyebabkan arus berputar ke atas)



Tidak mau mengambil resiko perahu entrapment dan terhisap back curling (Pada dasar sungai yang cukup terjal yang dasarnya tiba-tiba landai menyebabkan arus kuat tertahan dan berbalik membentuk putaran di atasnya), maka kami segera menepi untuk melakukan Lining. 

Pengarungan kami lanjutkan dan lagi-lagi kami disuguhi arus sungai yang tiba-tiba drop tajam, bahkan lebih besar dari Leuwi Jurig.

BERSAMBUNG......
Tertelan leuwi budah dan Liang Maung

No comments:

Post a Comment